Untuk beberapa saat
selalu berpikir apa kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam diri. Namun
selama ini terlalu banyak merasa tidak puas dengan apa yang belum dimiliki
dibandingkan dengan beribu anugrah yang telah didapatkan selama ini. Masih di
tahun ke 22 menghembuskan napas berisi jiwa yang terkadang lupa untuk
bersyukur. Hal yang tidak mudah untuk manusia terhindar dari perbuatan khilaf.
Beberapa minggu yang
lalu melihat orang-orang dengan penampilan sederhana sedang berjuang untuk masa
depannya, sekaligus melihat orang-orang hebat yang telah sukses dengan
pencapaian duniawinya. Untuk abad sekarang terlalu munafik untuk tak mengejar
dunia.
Disisi lain, terlihat
orang-orang kecil yang berjuang untuk hidupnya mencari sesuap nasi dengan
mencari pekerjaan sana-sini, dengan keringat yang sangat deras untuk
menghasilkan kertas senilai dua puluh ribu rupiah saja.
Hal yang menjadi
sorotan adalah untuk berjuang dunia dan akhirat secara seimbang. Karena terlalu
munafik untuk menerima menjadi orang susah dengan banyak kebaikan ataupun
menjadi orang kaya dengan banyak keburukan.
Karena untuk menjadi
tipe orang sederhana adalah tidak mudah dimana selalu ada keinginan untuk
selalu berada pada penampilan ‘sederajatnya’. Selanjutnya menjadi diri sendiri
dengan bersyukur atas apa yang telah didapat dan selalu berusaha untuk
mewujudkan mimpi yang besar. Karena menjadi manusia sangat biasa dengan mimpi
yang tak biasa memerlukan perjuangan yang lebih panjang, dimana orang lain
dapat menuju puncaknya dengan melangkahi tiga anak tangga, sedangkan orang
biasa perlu melangkahi ribuan anak tangga.
0 comments:
Post a Comment