Hai. Ini masih diriku yang dulu.
Seperti biasanya aku dengan ciri khasku yang dalam heningnya malam selalu
memikirkan sesuatu. Tiga hari sudah aku merasakan nyeri yang cukup membuat
pusing, yang tak lain disebabkan oleh 2 jerawat saling bergabung dimana
letaknya ±
1 cm dibawah bibir. Sungguh mengerikan.
Jerawat memang sering menjadi
pengotor kehidupanku sejak lama. Ya, karena wajah ini begitu berminyak ditambah
debu jalanan yang kian mencekam. Sudah 2 bulan lamanya semenjak aku merasa stress jerawat banyak bermunculan dan
saat itu pula kondisi keuanganku sudah tidak memungkinkan untuk membeli obat
jerawat. Kupikir ini hanyalah sementara, namun ternyata tidak.
Jerawat di dagu ini sangat
menggangguku. Setiap kali berbicara dan mengunyah sungguh menyakitkan. Sama
sakitnya seperti ditusuk dari belakang. Oh, ayolah kapan semua drama di hidup
ini berakhir dengan happy ending..
Bila aku mampu, rasanya ingin
sekali aku membeli spray pensteril
kulit wajah (ini benar-benar khayalan), dimana spray tersebut dibuat dengan teknologi nano sehingga cepat meresap
melalui pori kulitku yang besar ini. Atau bahkan bila teknologi ini mempunyai
harga yang merakyat, aku ingin coba mengendalikan sekresi kelenjar sebasea yang
sangat menyebalkan – dan juga mengecilkan poriku tentunya.
Beginilah gerutuan yang sering
terdengar di kepalaku ketika malam.. Entah sampai kapan aku harus selalu hidup
berangan-angan karena ketidakmampuan untuk merealisasikan di dunia nyata.
Menyedihkan memang.
Beberapa cara mainstream yang sering orang sebut
sebagai ‘alamiah’ memang terbukti tidak ada hasilnya. Ketika kondisi sudah
dalam tahap sakit, sesuatu yang alamiah itu tidak cukup kuat dalam memberikan
efek sehingga memang tidak dianjurkan untuk melakukan cara ‘alamiah’ yang hanya
efektif sebagai preventif dalam kasus ini.
0 comments:
Post a Comment