Suatu malam hening aku termenung,
pikiranku terbang ke suatu harapan yang selalu aku cari dan berharap aku
dapatkan. Hari-hariku hanya ditemani alunan nada yang mengalir mewakili apa
yang kurasakan, apa yang aku inginkan.
Aku kini hidup dalam sunyi.
Karena aku tak mampu, tepatnya belum mampu melihat dunia yang dulu pernah
mencambukku. Apa yang ada dalam diriku kini kian melemah, seolah aku terjebak
dalam suatu kotak yang tiada berkunci. Aku bernafas dalam ruang tertentu, tak
banyak udara yang berganti namun cukup. Terkadang memang sesak untuk selalu
terjebak dalam ruang. Tapi kukira ini akan lebih baik, untuk membatasi diriku
dari trauma cambukkan dunia luar. Kau boleh katai aku dibawah tekanan ! Karena
ini benar adanya, aku tak akan membela diri. Namun aku tak lepas dari apa yang
menjadi imanku – kepercayaanku, keyakinanku. Sesuatu yang sulit, jika itu jalan
hidupnya maka hal itu dapat dilewati.
Kau boleh katai aku segala hal
yang ada pada sudut pandangmu. Aku selalu terima. Ya, aku terima ! Aku tak akan
merasa benar atau merasa dipersalahkan atas semua yang kau katakan, karena apa
yang aku jalani hanya terjadi pada aku dan jiwaku yang sesungguhnya. Hanya aku
dan jiwaku yang tau. Jika ini merupakan bagian dari cerita hidupku maka aku
sendirilah yang akan mengakhirinya.
Lihatlah aku ! Dengan luka
disekujur batinku, sukmaku menjerit perih... Mencoba bertahan dengan
terpincang-pincang, mencoba kuat karena iman, namun tak mencoba untuk berharap
belas kasihanmu ! Sedikitpun aku tak ingin dapatkan belas kasihan. Karena aku
tau tak ada ketulusan disana.
0 comments:
Post a Comment