Di hamparan
padang rumput berbunga kuning aku melihat seekor kuda putih.
Diam
termenung,
Hembusan
angin menyibakkan bulunya yang putih bersih. Sungguh terlihat anggun.
Aku heran
mengapa dia sendirian, tak berlari bersama kawanannya di selatan. Tak mungkin
jika dia tak berkawan.
Dia hanya
berjalan disekitar padang rumput itu diantara bunga-bunga kuning yang cantik.
Apakah mungkin dia kesepian?
Tanpa
kusadari aku telah lama memperhatikannya, tak kuasa jika kudekati karena aku segan.
Aku tak ingin dia berlari ketakutan. Lebih baik kubiarkan saja dan melihatnya
dari kejauhan.
Kuda putih,
apa yang sedang kau tunggu?
Bahkan kau
tak lelah untuk tak beranjak dari hamparan bunga itu.
Kulihat sang
peri menghampiri kuda putih, dengan raut wajah yang murung ia berkata
"kuda putih, aku dapat kabar buruk untukmu. Apakah kau siap
mendengarnya?"
Kuda putih
hanya mengangguk pilu, matanya berkaca-kaca dan dia bernafas sangat dalam.
Kemudian sang
peri berkata, "tuanmu tewas kuda putih, tuanmu tewas !"
Kuda putih
kian melemah mendengar sang peri mengatakan bahwa tuannya telah tiada. Sang
peri pun menangis, ia menjerit perih. Kuda putih itu berlalu, meninggalkan sang
peri dan ia berlari kencang menuju selatan dengan derai air mata yang tak
terbendung lagi kesedihannya. Penantiannya di padang rumput berbunga kuning
telah berakhir, dengan akhir yang tak ia harapkan. Kini kuda putih sudah tak
bertuan..
Dia telah
jauh pergi meninggalkan padang rumput itu tanpa tau apakah ia akan kembali.
srimayangsari.tumblr.com
0 comments:
Post a Comment